BERBISNIS PROPERTY DI AMERIKA, TERJERAT UTANG BANK 1 JUTA DOLLAR!! HIJRAH KE JOGJA, BANGKIT LAGI JADI PENGGERAK ANTI RIBA..

Ketika kemarin saya mengisi kajian "Kembali Ke Titik Nol" di masjid Al Firdaus Bantul, takmir masjid yang mengontak saya bercerita tentang aktivitas mereka memburu rentenir, saya berfikir ini paling korban riba level bank plecit saja, sampai percakapan itu membuat saya mendelik..

"Saya Aldi Chandra mas, 17 tahun saya tinggal di Oklahoma Amerika, baru 2012 kemarin saya pulang ke Indonesia. Perjalanan panjang saya disana merasakan pahitnya sistem riba menyisakan utang bank 1 juta dollar, atau sekitar 12 Milyar. Saya hijrah ke sini, jadi takmir masjid sekaligus membantu orang-orang yang mau terbebas dari jeratan utang riba.."

Whooottt... Beneran nih?!

"Bener mas, waktu SMP kelas 1 saya dan kakak ikut ayah dan ibu ke Amerika, ayah saya seorang dosen di Jakarta yang sedang melanjutkan kuliahnya. Waktu berjalan pas saya kelas 1 SMA, kakak saya baru masuk kuliah, ayah dan ibu harus pulang ke Indonesia karena sudah selesai. Mereka memutuskan kami berdua tetap tinggal di Amerika menyelesaikan sekolah, ada rumah yang kami kontrak, tiap bulan kami akan dikirimi uang dari Indonesia.."

Semulus itu perjalanannya? Oooh tentu tidak..

"Tahun 1998 krisis ekonomi di Indonesia, dollar tembus 15.000, rupiah gak ada harganya, ayah saya sudah tidak sanggup mengirim uang lagi. Pilihan buat kami, pulang ke Indonesia atau bertahan hidup di Amerika, Saya harus menyelesaikan SMA, sementara kakak memilih berhenti kuliah. Teman-teman dari Indonesia yang kuliah di Amerika berduyun-duyun pulang, sama nasibnya.. Krisis ekonomi yang membuat orang tua mereka tidak sanggup lagi membiayai. Kami mau pulang ke Indonesia juga gak ada biayanya.. Satu tiket pulang saja 1000 dollar lebih waktu itu"

Terus, gimana menghadapinya?

"Saya dan kakak harus bekerja, dari loper koran tiap hari, jasa angkut barang, hingga jadi pramusaji di McD dan KFC, semua kami jalani agar bisa bertahan hidup disana. Tak ada pilihan lain, tiap hari harus bekerja siang malam"

Tentang bisnis propertymu bagaimana tuh?

"Ketika kondisi stabil, saya dan seorang teman dari Amerika membuat usaha jual beli property mas. Kredit rumah disana dibuat begitu gampang, kami membeli rumah yang kondisinya tidak terlalu bagus dengan harga murah, kami perbaiki disana-sini, baru kami jual kredit dengan melibatkan bank. Harga rumah 50 ribu sampai 100 ribu dollar banyak, malapetaka muncul ketika The Fed (Bank Central Amerika) menurunkan suku bunga hampir 0%, sehingga menimbulkan spekulasi diperbankan, orang berebut beli rumah kredit dengan semua kemudahannya, padahal tidak sanggup nyicilnya! Macet deh dimana-mana.. Ambruknya sistem riba!"

Mmm.. Saya jadi inget berita Amerika sempat shutdown tahun 2008 itu. Pertumbuhan ekonomi hanya 1,2%, banyak yang kehilangan pekerjaan, 800.000 orang pegawai pemerintah dirumahkan, gara-gara DPR-nya Amerika gak segera tandatangan anggaran yang diajukan Presiden Obama, utang pemerintah Amerika sudah tembus 16.7 Trilyun USD.. Kalo dibelikan cendol bisa klelep satu propinsi! Sadizz..

Terus gimana di dengan usaha propertymu?

"Sebagai seorang muslim saya belajar tentang riba dari Syaih Imran Hosein, bisnis saya ternyata rapuh. Rumah-rumah yang sudah kami beli dengan utang bank belum banyak lagi yang bisa terjual, menyisakan utang 1 juta dollar lebih, padahal tiap bulan harus bayar cicilan. Dalam kondisi yang berat itu saya memutuskan untuk mundur dari bisnis yang bertahun-tahun saya rintis ini, seluruh aset yang saya miliki saya serahkan kepada kawan saya untuk menutup seluruh utang bank. Saya pulang ke Indonesia kembali ke titik nol, dengan membawa dua anak saya. Istri saya bule dari Amerika tidak mau ikut, terpaksa kami berpisah.."

Mmmm.. Keputusan yang berat, kehilangan harta dan keluarga di negeri yang jauuuh disana..

"Di Indonesia saya sempat berpindah-pindah kota, di Jakarta, Sumatra, Sulawesi, hingga hati saya tertambat di Jogja. Disini saya bertemu dengan banyak orang yang mau hijrah meninggalkan riba. Mereka yang mulai menabung dengan dinar dan dirham, bahkan ada yang hidup semua kembali ke alam. Listriknya dari matahari, masak dari bio gas, menanam tanaman organik. Ini yang jadi bisnis saya sekarang mas, saya punya produk organik, herbal dan natural. Dari beras, kecap, minyak goreng kelapa murni, sabun/shampo herbal dan lain-lain, dulu sempet buka swalayan di jalan Parangtritis, sekarang saya buka di rumah sambil bisnis rental mobil mas, semua saya syukuri.. Hidup tenang tanpa riba"

Mantaaaab Di!!

Tentang gerakanmu dan kawan-kawan di Al Firdaus, apa itu?

"Namanya JAR (Jihad Anti Riba), sereem kesannya, tapi bener kondisi di lapangan sangat memprihatikan. Yang datang ke kami semua harus mengisi surat pernyataan taubat riba, tandatangan baru kami dampingi.. Kasusnya berat-berat! Ada orang Bantul yang punya utang ke rentenir dan tidak sanggup bayar, istri dan anak gadisnya diminta oleh si rentenir untuk ditiduri agar utangnya lunas! Astagfirullah.. Kami bergerak bersama polisi, kami tangkepin bawa ke polsek. Kami salut dengan salah satu pak kapolsek yang menyidang mereka.. Ada 6 rentenir waktu itu, mereka yang meneror satu kelompok ibu-ibu yang punya utang. Pak Kapolsek sampai bilang, saya tidak takut kehilangan jabatan demi kasus ini, kalo kalian masih berani beraksi, maka saya tembak langsung kepalamu!... Hehehe mengkeret semua!"

Saya tertegun mendengar kisah panjangnya.. Taubaters beneran! Orang-orang yang berjuang di jalan ALLAH selalu bikin merinding kisahnya. Mereka dikawal malaikat, bikin para pengisruh minggat! Saya iri luaaarr biasa pada orang-orang yang mengikuti kebenaran kata hatinya..

Jogja yang panas! Ditambah tengkleng yang pedass menemani penutup cerita. Saya hadiahkan satu buku "Berani Jadi Taubaters" untuk Aldi Chandra. Taubaters sejati dari Amerika..

Salam,

dari tulisan @Saptuari