GAJI RATUSAN JUTA DI PERUSAHAAN ASURANSI DITINGGALKAN, KARENA INGIN MENINGGALKAN RIBA! Simak Kisah Mantas Direktur Asuransi Ini!

KISAH MANTAN DIREKTUR ASURANSI..

Bagi yang sudah bergabung di Channel Telegram "Kembali Ke Titik Nol", minggu lalu saya informasikan sebuah seminar menarik "Asuransi Berkah atau Musibah" yang diadakan oleh Komunitas Bisnis Halal (Tasbih) di Semarang.

Ada liputannya di page Riba Crisis Center, manarik untuk dibaca. Saya copykan disini yaa..
Semoga jadi ilmu yang bermanfaat!

-----------------------
Cuplikan seminar asuransi tanggal 25 juni 2016 di Semarang (1)

Pak Didik, menjabat sebagai direktur sebuah asuransi terkemuka kelas dunia.

Gajinya..beuh..gak cuma sebulan sekali!
Beliau gajian di tanggal 10 & 25. Yang tanggal 10 nominalnya 80juta. Yang tanggal 25 nominalnya gak pasti: bisa 600 juta, bisa 1 milyard.Mantep kan?!

Dan semua itu beliau lepas.
Iya bener. Dilepas gitu aja. Gak mikir mau usaha apa, mau kerja apa, ntar kehidupan gimana.
Luar biasa "amputasinya". STOP. Titik.

Salah satu peserta seminar bertanya: "Moment apa yang membuat bapak meninggalkan asuransi?"

Pak Didik menjelaskan bahwa beliau orang yang workaholic alias gila kerja. Waktunya dihabiskan di kantor, mengatur strategi.

Suatu hari ayahnya sakit. Dan beliau tidak punya waktu menjenguk (saking sibuknya).
Saat penyakit si ayah semakin memburuk, pak Didik meluangkan waktu menengok.
Sang ayah sampai menangis haru melihat sosok anaknya hadir. Sang ayah berpesan: "Nak, jangan terus mengejar dunia". Lepas itu sang ayah koma.

6 bulan dalam keadaan koma. Selama itu pula gurat-gurat penyesalan muncul dalam diri pak Didik. Ia teringat ketika ayahnya minta dibelikan tape recorder. Uang bukan masalah, sayang tidak pernah ada waktu untuk beli.

Saat itu juga tape recorder langsung dibeli. Namun nyatanya sang ayah tak pernah membuka matanya sehingga tape tersebut tidaklah bermakna lagi.

Dari sini pak Didik menyadari bahwa harta tidak dibawa mati. Pelan-pelan beliau mulai cari "bekal yang bisa dibawa mati". Mulailah ngaji, paham ilmu riba. Akhirnya beliau sadar bahwa asuransi haram.

Dalam asuransi ada riba, ada judi, ada ghoror, dan yang paling parah adalah menuhankan asuransi. Beliaupun mantap meninggalkan asuransi.

Tentu saja perusahaannya tidak rela. Iming-iming kenaikan gaji dan bonus berusaha menahan beliau untuk resign. Beliau bergeming. Harta halal lebih penting, demikian prinsipnya.

Bagaimana dengan mertuanya?
Kebayang dong, awal diterima jadi menantu kan karena posisi direktur yang "masa depan cerah". Lha kalo sekarang mendadak miskin (pak Didik menyedekahkan rumah dan mobil mewahnya dalam rangka membersihkan harta) apakah mertua rela?

"Saya pakai ilmu sedekah. Saya sedekah sambil berharap istri dan mertua diberi hidayah. Bukankah Allah maha pembolak balik hati?", demikian jawab pak Didik mantap.

Alhamdulillah mertua dan istrinya bisa menerima bahkan mendukung langkah pak Didik.
Kini pak Didik mengabdikan diri bekerja di salah satu lembaga amil zakat.

Tips dari pak Didik untuk yang masih terlibat riba: ibarat berada di kubangan lumpur, disemprot air sebanyak apapun ya ga akan bisa bersih. Keluar dulu dari kubangan, trus disiram air, baru deh bersih.

3 tindakan "medis" yang umumnya dilakukan oleh yang mulai paham ilmu riba:
1. Amputasi→bertobat, lalu langsung di stop ribanya. Kalo kredit riba ya segera dijual asetnya supaya ribanya berhenti. Atau direlakan, biar aja disita yang penting STOP.
Kalo gajinya mengandung riba ya langsung berhenti dari kerjaan.

2. Rawat Inap→bertobat, lalu berusaha segera melunasi hutang ribanya. Jual aset, memperbesar jumlah cicilan supaya masa kreditnya cepet kelar.
Mempersiapkan mental untuk resign jika kerjaannya terlibat riba.

3.Rawat Jalan→bertobat, tapi nyicil riba seperti biasa.
Takut riba, hati gundah tapi gak berani resign dari pekerjaan beriba.

Kira2 mana yang lebih cepet sembuh/lepas dari penyakitnya ya? :)

=========================

Demikian sekilas cerita dari mantan direktur asuransi yang hijrah.

Mohon maaf jika ada kalimat atau penyampaian yang keliru.

Sumber: page Facebook Riba Crisis Center